HUT RI Ke-77 tahun ini berlangsung agak meriah di kotaku. Betapa tidak, setelah lebih kurang tiga tahun terjebak dalam pandemi Covid-19, baru pada tahun ini perayaan 17 Agustus kembali bergeliat.
Salah satu kegiatan yang paling dinantikan oleh warga Kota Lhokseumawe adalah karnaval 17 Agustus. Karnaval atau pawai ini menjadi pusat perhatian masyarakat. Rute-rute yang akan dilewati oleh peserta karnaval telah dipenuhi oleh masyarakat. Mereka seakan tidak ingin ketinggalan menyaksikan para peserta karnaval dengan balutan pakaian adat yang beragam.
Oya, tahun ini, sekolah tempat saya mengajar tidak ikut ambil bagian dalam karnaval tahun ini. Sekolah kami belum siap karena waktunya sangat singkat. Apalagi tempat penyewaan pakaian adat telah diborong oleh sekolah-sekolah lain jauh hari sebelumnya.
Namun, meskipun demikian, saya tidak terlalu bersedih hati. Karena jika seandainya sekolah kami jadi ikut karnaval, maka saya harus ikut berjalan bersama para siswa. Padahal kondisi kesehatan saya belum sembuh total.
Karnaval 17 Agustus di daerah kami dilaksanakan setiap tanggal 18 Agustus. Para peserta berkumpul di Lapangan Hiraq karena startnya akan dimulai di sini. Pj Walikota Lhokseumawe, Dr. Drs. Imran, M. Si, MA, Cd (wuihhh, panjang amat titelnya), melepas peserta karnaval sekira pukul 9 pagi.
Baca Juga: Pantai Bantayan, Pesona Tersembunyi di Desa Pedalaman Aceh Utara
Saya mengajak anak-anak saya untuk menyaksikan karnaval. Tapi, saat itu kami datang agak terlambat sehingga kami tidak menemukan posisi yang strategis untuk menonton. Kami berdiri di Jalan Darussalam dan mulai menyaksikan para peserta karnaval. Wajah mereka memang tampak lelah, namun suasana hati mereka begitu gembira.
Karnaval 17 Agustus biasanya diikuti oleh seluruh sekolah yang ada di Lhokseumawe mulai dari tingkat TK, SD, SMP, hingga SMA. Saya melihat karnaval sekarang ini beda sekali dengan karnaval yang saya nonton ketika saya masih kecil dulu. Menurut saya lebih meriah karnaval dulu daripada sekarang ini. Kenapa demikian?
Dulu ada sekolah yang menyertakan kendaraan hias, berupa sepeda hias dan sepeda becak yang dihias sedemikian rupa menyerupai bentuk-bentuk tertentu. Misalnya saja bentuk tank, bentuk kapal perang, bentuk ikan paus dan lain sebagainya. Karnaval dulu juga diikuti oleh dinas-dinas dan instansi pemerintahan. Dinas-dinas ini menghias mobil dengan beragam bentuk juga. Misalnya ada yang menyerupai bentuk mesjid, dan bentuk-bentuk yang lainnya. Pokoknya lebih seru dan meriah karnaval di era tahun 1990-an lah.
Selain karnaval atau pawai, dalam HUT RI Ke-77 tahun ini banyak desa-desa yang mengadakan event panjat pinang. Kegiatan ini juga tak kalah serunya karena masyarakat yang menonton panjat pinang sangat terhibur. Apalagi ketika melihat para peserta panjat pinang bersusah payah untuk mencapai puncaknya.
Ada yang mengatakan bahwa panjat pinang merupakan peninggalan penjajah Belanda. Dulu, orang-orang Belanda mengadakan panjat pinang sebagai hiburan belaka. Mereka terpingkal-pingkal ketika melihat pribumi yang berjuang dengan penuh penderitaan untuk mencapai puncaknya. Namun, terlepas dari hal itu, tetap saja kegiatan panjat pinang merupakan salah satu hiburan yang menyenangkan. Bagi para peserta, ada kepuasan tersendiri apabila mereka berhasil mencapai puncak dan mendapatkan hadiah-hadiah yang tersedia di atas sana.
Selain itu, lomba balap karung juga menjadi salah satu lomba yang sering kita jumpai saat 17 Agustus. Lomba balap karung atau lomba lari dengan karung juga salah satu kegiatan yang menghibur. Sekolah kami juga mengadakan lomba balap karung. Lomba ini diadakan di lapangan olahraga. Untuk menghindari kecelakaan, para siswa menggunakan helm. Hal ini untuk meminimalisir cedera apabila peserta balap karung terjatuh.
Kemeriahan HUT RI Ke-77 juga terjadi di hampir semua sekolah yang ada di Lhokseumawe. Sebenarnya ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Misalnya perlombaan-perlombaan yang menguji wawasan siswa. Seperti yang dilakukan oleh OSIM sekolah kami, yaitu lomba rangking 1. Banyak sekali siswa kami yang berpartisipasi dalam lomba ini.
Kemeriahan HUT RI Ke-77 tidak hanya dirasakan oleh siswa saja. Guru-guru juga ikut terlibat dalam lomba. Misalnya saja lomba memasak. Saya juga mengikuti lomba memasak antar guru dan karyawan tata usaha di MTsN 1 Kota Lhokseumawe. Adapun lomba memasak ini berupa lomba masak nasi goreng. Setiap hasil masakan akan dinilai oleh Pengawas Madrasah dari Kemenag Kota Lhokseumawe.
Itulah beberapa ragam kegiatan HUT RI Ke-77 yang ada di kotaku. Bagaimana dengan kota-kota Anda? Pasti ada event-event unik yang bisa Anda ceritakan. Silakan berkomentar!